Monday, September 30, 2013

Satu Kota Seribu Cerita

*Tulisan jadoel dipengunjung 2007

Sesaat lagi tahun 2007 akan berucap Sayonara pada seruruh umat di bumi ini. Sepertinya kini pergantian tahun berasa begitu cepat. Serasa baru kemaren binar kemeriahan menyambut tahun 2007, tapi dengan sekejap tahun itu beranjak pergi… bak sebuah mimpi saja!!. Akupun demikian.. seolah begitu dilenakan oleh waktu.. tanpa terasa kini Ku telah memasuki babak baru dalam manapaki kehidupanku.

Awal tahun hingga dua pertiga tahun 2007 Kuhabiskan di Kota Pahlawan.. kota yang memeberiku bejuta pengalaman yang tak mungkin ku lupa. Kota yang menempa diriku menjadi sosok yang lebih mandiri, yang memberiku sekelumit pelajaran tentang hidup dengan bumbu yang menyertainya. Surabaya… (Surabaya.. surabaya.. oh surabaya.. Kota kenangan.. kota kenangan yang tak kulupa..)

Kutapaki perjalanan di akhir tahun 2006 sebagai sesosok gadis yang beranjak dewasa. Begitu banyak suka dan duka yang meramaikan hariku, mulai dari mencari kos-kosan hingga masa adaptasi harus kujalani. Masih terekam jelas dimemoriku ketika siang itu aku dan Ko’ Ito ( My Second Oppa ) di bantu temannya berjalan, berputar-putar di tengah terik matahari yang begitu menyengat demi mencari kos-kosan. Kami keliling dari rumah ke rumah di daerah seputaran Kampus C UNAIR, hingga akhirnya perjalanan kami berbuah manis. Kami bertemu dengan seorang ibu yang ternyata orang Gorontalo juga. Bahagia sekali rasanya bisa bertemu dengan orang sedaerah di tempat yang teramat asing ini, Ia lalu membawa kami ke kosan milik putrinya.

Kebahagiaanku terasa lengkap dan sempurna ketika aku dipertemukan dengan para penghuni kos yang ramah dan baik hati seperti K’ Olan.. Ia adalah mahasiswi FKH Unair yang sedang menyusun skripsi.. UpS.. dia orang GTLO jg lho!!! Aku bisa bebas berlogat-logat daerah ria dengannya, maklum dalam keseharian kami harus berlogat Jawa yang sempat membuat lidahku jungkir balik :), ada mba Indah (FKH ‘05) yang Cerewet dan selalu membuat suasana kosan jadi rame, ada juga mba Vidya (FKM ‘04), mba Yenny (BIO ‘04), mba Shinta (FKH ‘03) dan mba Nana (FKM ‘02). dan Bu’ Mega (si empunya Kos), kesemuanya membuatku seolah berada dirumahku sendiri.

Dikampus nuansa yang tak jauh bedapun Kudapati. Teman-teman baru yang super Supel dan Baik. membuat semarak hari-ku selanjutnya. Novita Kurnia Sari. dia adalah sahabat terdekatku, dimana ada aku pasti ada dia.. begitu pula sebaliknya. Aku pertama kali berkenalan dengannya ketika hari bersejarah, diwaktu kami dikukuhkan sebagai mahasiswa secara resmi. Saat itu aku tengah kebingungan mencari tempat duduk di gedung ruang auditorium yang penuh sesak melihat ada sebuah tempat kosong disamping seorang gadis manis berkacamata. Maka dengan malu2 aku bertanya padanya apa tempat disebelahnya itu kosong. Akhirnya Ku duduk di tempat yang ternyata memang kosong itu, Kami mulai berbincang tentang banyak hal.. dari A sd Z, perlahan kebekuan diantara kamipun mencair.

Setelah beberapa saat asyik bercerita, Novi lalu menanyakan asal daerahku, mungkin lantaran mendengar logat alias gaya bicaraku yang tidak lazim. Setelah kujawab "Aku dari Gorontalo", sesaat dia diam lalu bertanya lagi "Gorontalo itu dimana??" Hmmp ini lantas menjadi pertanyaan lumrah yang harus kujawab. Entahlah, sebenarnya sedikit sedih apa sebegitu tidak terkenalkah tempat lahir tercintaku itu?? Sampai-sampai hampir semua temanku pasti menyeritkan dahi ketika ku menyebut asal daerahku. Ia kembali bertanya "Gorontalo itu dimana yaa??" Huu.. sebel!! Jawaban yang kuberikanpun selalu sama..

“Gorontalo itu Provinsi yang terletak di Sulawesi bagian Utara, dulunya gabung sama SULUT yang beribukota Menado, (Maklum kalo udah bilang Menado baru deh orang pada nggeh’ dan manggut-manggut tanda paham, ada Bunakennya siiy) tapi beberapa tahun lalu sudah memisahkan diri jadi provinsi sendiri..bla..bla..”. Bhuff.. cape’ deeh.. nasib.. nasib.. -_-“
Disamping asal daerah, gaya bicaraku yang rada aneh, marga yang melekat dibelakang namaku juga sering menjadi bahan pertanyaan empuk arek-arek Suroboyo itu..
”Olii itu apaan sih??”
“itu Marga keluargaKu” jawabku sekenanya
"Ooo.. kaya’ punya orang Batak itu to??"
“Iya.. Orang di daerahku juga mencamtumkan marga di belakang namanya”
“Marganya aneh ya.. bla.. bla..bla…” timpal mereka lagi.. Kalo sudah begini Ku hanya bisa tersenyum kecil… maklum… *Bilang aja mirip pelumas aka OLI -_-“

Teman-teman bahkan kerap memanggilku dengan julukan yang beragam seperti Olii.. Oli.. (emang Oli TOP 1??!!), SisGor (Sisca Gorontalo).. atau Mba Gorontalo.. Hehe.. kudu tahan banting niy… ;))Dari pertemuan pertama kami, Aku langung merasakan chemistry yang kuat dengan Novi. Ternyata benar kami memang punya banyak kesamaan dan yang pasti dia bisa memahami diriku sepenuhnya, begitu pula sebaliknya (Iya ngga’ Nov??). Alhasil hari-hariKu selanjutnya banyak kuhabiskan bersama Novi.. mulai dari belajar bareng, nonton, shopping sampe b’wisata kuriner bareng.
Jika diprioritaskan maka orang-orang  yang paling lekat denganku saat di SBY adalah... (NB : DILARANG terharu..tersipu.. apalagi tersanjung :D)

§     K’ Olan… Dia yang banyak membantu dan mengajariku untuk survive dikala Aku yang saat itu masih begitu polos.. suci.. putih.. tanpa dosa.. HuuU.. kaya’ baby dooNg.. He3.. Maklum ajah, jebolan boarding School gitu. Dia yang rela tanpa pamrih menjemputku larut malam di Aspura Kampus, sewaktu ngerjain tugas kelompok pas OSPEK dan mengantarku kekampus tiap pagi (pake’ motornya Bu Meg). Dia yang rela meluangkan waktu menemaniku belanja berbagai kebutuhan pokok demi kelangsungan hidupku. Dia yang mencontohkan bahwa hidup itu akan terasa nikmat jika diisi dengan kerja keras, perjuangan dan belajar tanpa henti. Boleh dibilang dia adalah panutan dan ‘orangtua’Ku saat itu.

§       Novita yang belakangan ku panggil Nobita ; Seperti yang sudah kupaparkan diawal Novita adalah sahabat sekaligus saudara dan salah satu anugrah terindah untukKu.

§        Mba Indah alias mba Dora ; Dia membuat masa2 sulit yang ku alami seolah tak berarti.. dia yang memberi pelajaran yang paling berati untukku tentang arti sebuah persahabatan. Ia yang membuatku memandang hidup dari sisi yang berbeda.

§    Teman2ku di FMIPA BIOLOGI ’06 ; "Keceriaan.. Kekompakkan.. kesetiakawanan.. dan Kenarsisan kalian.. He3;p.. Membuat hari-hariku penuh tawa.. Terima kasih teman!!!"“BIO life.. HimBio jaya!!!”

Moment indah di Surabaya yang takkan kulupakan antara lain : sewaKtU…
1. Aku melihat namaku terukir di papan pengumuman..aliaS dinyatakan diterima sebagai mahasiswa UNAIR.. (Doaku di jamahNya.. Alhamdulillah.. Walau ini second opinion)

2. Bareng koko nyari kosan di tengah teriknya sang surya.. Makasih Koko… Jasamu takkan ku lupa.. U’re My Hero!! 

3. OSPEK.. ada SATGAS yang menakutkan.. ada PENUGASAN2 yang membingungkan.. ada deretan lagu2 yang harus dihapalin.. UpsS.. lagu2nya masih Aku hapal lho sampe skarang.. mau bukti?? ‘Ditimur jawa dwipa.. Megah engkau bertahtah.. Satria, Airlangga.. Kusuma negara..’ (HIMNE Airlangga-red).’Di kehidupan.. wahai kau mahasiswa… tanamkanlah rasa percaya.. dan cinta sesama..’ (HIMNE_HIMBIO) Wuihh.. puanjang.. klo ditulis semua.. :), ada Mas-mas yang ganteng2 (ex Mas Halo Hai :D).

4. Bareng Novi, K’ Olan dan mas Heru maen ke kebun Binatang.. Seru deeh.. Sssttt.. itu kali pertama aku ke kebun binatang lho.. pantesan aja.. rada norak.. HuuU.. Ketahuan deeh.

5. Pindah kosan di Karangmenjangan..karena sesuatu dan lain hal, ku meninggalkan kosanKu di Mulyorejo didampingi K’Olan pastinya. dikosan baru ini ku menemukan karakter2 baru dan suasana yg berbeda dengan sebelumnya.. penghuninya antara laen ; mba Heny (FKU ‘03) yang energik, supel dan tentu saja pinter. mba Nana yg girly dan cuek (Radiologi ‘05), Memey imoet yang jago ramal.. He3..(Psikologi ‘06), Mba Dewi alias Bu dosen (Keperaawatan ‘04), mba Sofi ato Bu bidan(kebidanan ‘03), mba Yasmin dan mba Cici (FKU.. finished..).mba Yuni dan Yuli bersaudara N the last mba Anis yg jagain KoS… Hmmp.. Bergaul dg komunitas mereka membuka cakrawala b’pikirKu.. selangkah lebih maju.

6. Jalan-jalan sore dari kosan ke kampus trus nyasar kemana-mana, mulai dr mall Galaxy sampe stasiun apa ya namanya??… Hahaha... Sendirian!!?? Siapa takuUt??!!

7. Jatuh dengan sukses dari motor Novi. Ceritanya gini, Disuatu siang itu Aku dan Novi habis menyantap makan siang di warung Soto Ayam Lamongan yang terkenal di kawasan Galaxy. Aku yang saat itu memakai rok berbahan licin, membawa tas plastik berisikan soto ayam sbg oleh-oleh tuk K’ Olan dan memegang dompet di tangan yang lain. Terang saja saat berboncengan dg Novi, Aku otomatis tak bisa memegang di pundaknya atau berpegangan seperti biasa. Peristiwa naas itupun tak bisa dihindari, sepanjang perjalanan pulang aku hanya bisa meringis dan tagedi itu menorehkan bekas luka dilengan kananku.. T_T

8. Beranjangsana ke rumah pak Wid di Ngawi pas lebaran tahun 2006 bareng anak2 IC.. Waktu dijalan… Aku didera rasa haus dan lapar yang luar biasa.. Cause, dari kami sekontingen, hanya aku yang tengan Saum alias Puasa hari itu.. Aku kan warga negara yang baek.. jadi patuh dan tunduk sama keputusan pemerintah.. sedang teman2 laen udah pada lebaran.. jadinya sepanjang jalan Aku disuguhi pemandangan yg tidak mengenakkan.. Ku cuman bisa menatap nanar kearah teman-teman yang tengah maem sambil menyeruput Es Degan (Kelapa muda).. HIKss..

9. Ketemu dan Foto bareng Taufik Hidayat.. (Pemain Bulutangkis Favorit Ikha kecil niy!!) Bhuff.. Perjuangannya.. bikin orang2 pada terkagum2 deeh.. Bayangin aja.. Aku mesti dateng sendirian ke mall yang lokasinya dekat Sidoarjo!! (Coz semua temenKu pada berhalangan menemaniKu.. so I’m alone deeh.. tapi tetep nekat!! walau ini kali pertama Aku mendatangi mall ini. Perjalanan ku tempuh dengan naek land P dari depan kosan .. trus turun di seberang jalan mall, dan harus motong jalan raya gede yang kaga’ ada matinya.. kendaraannya padeeet banget. sampai Ku harus nunggu sekitar setengah jam untuk bisa menyebranginya.. itupun dg nyisip di sebelah mba laen yang juga mau nyebrang..He..he.. ditambah nungguin AA’ Taufiknya nongol baru sekitar jam tiga sore.. Walhasil Ku pulang jam 7 malem dengan rute ganti land alias pete2 alias mikrolet 2 kali ditemani buntelan belanjaan yang membumbung tinggi plus sebuah foto Taufik Hidayat yang tengah tersenyum manis.. Cihuiyy… Rasa lelah dan capek yang kurasakan langsung sirna seketika! 

10. Berpetualang ke Madiun dan Yogyakarta bareng salah satu sahabat terbaik yang pernah Ku miliki (Cuman b’dua lho.. Cwe’ pula.. mana itu kali pertama kami datang kesana dengan Kereta api… HuU.. berbagai peristiwa mewarnai our journey.. dari g’ tau rute.. Nyaris kehabisan duit.. Berpindah2 Hotel.. Nyari hotel lewat Yellow map.. ke Malioboro, Pabrik Bakpia 25, Keraton, dan candi Prambanan,.. Keliling naik becak tengah malem.. dan banyak hal seru dan kocak bin horror lainnya yang terukir saat itu. Perjalanan singkat namun penuh warna tadi membuatku belajar tentang berbagai hal yang tak pernah terbayang sebelumnya. ThanKs a Lot Prend!! Perjalanan indah itu tak mungkin bisa terwujud tanpa kehadiranmu.
"Sebuah perjalanan yang singkat memang.. namun sangat layak diabadikan dalam album kenanganKu.." 

Sunday, September 29, 2013

“Aku mencintai diam-diam”


Ini kisah tentang seorang gadis yg hingga usia seperempat abad masih berjuang istiqomah untuk menghilngkan kata “pacaran” dalam kamus hidupnya.
Diusia yang muda belia, gadis yang dibesarkan ditengah keluarga yang jauh dari nilai-nilai islam, pertama kali ditanyakan perihal pacar oleh orangtuanya. Gadis itu dengan  malu-malu menjawab “belum ada ma”. Masa remajanya tergolong sangat biasa, jauh dari warna warni khas remaja pancaroba. Gadis rumahan menghabiskan harinya dengan membaca. Dari buku dan majalah islami inilah, wawasan tentang keislamannya bertambah. Ia jadi tahu bahwa islam tak mengenal pacaran dan berhijab adalah wajib bagi muslimah yang sudah baligh. Padahal sebelumnya si gadis berpikir, pacaran adalah fase wajib yang harus dilewati ketika seseorang mulai beranjak dewasa.
Gadis ini bertumbuh dalam keluarga yang sangat demokratis, tak ada larangan pacaran yang biasanya diwanti-wanti oleh para orangtua kepada anak remajanya. Kedua kakak leleakinya bahkan sudah mulai berpacaran sejak SMP kelas 1. Diakuinya perdebatan tentang "hukum" berpacaran seringkali datang, segelintir teman-temannya yang pro tak henti melancarkan provokasi tentang asiknya pacaran dan alangkah ruginya ia yang tak pernah mengecap “madu” pacaran. Sindiran "sok suci" dan "ga gaul" serta tatapan seolah tak percaya dan menyangsikan perihal statusnya yg tak pernah pacaran, tak juga membuatnya bergeming. Pemandangan bunga yang bermekaran khas musim semi, kerap ia jumpai saat melihat teman-temannya menggandeng mesra pujaannya masing-masing. Namun pemandangan itu bergantin musim gugur, tatkala sang teman berkata “putus” dengan sang pacar. Akh pacaran menjadi hubungan yang rumit dimata si gadis. Haruskah jatuh bangun untuk mengecap “madu” itu?. 

“Aku gadis yang mudah jatuh cinta” ucap gadis itu. Bohong kalau kukatakan aku tak pernah tertarik menjalin hubungan (pacaran) dengan lawan jenis. Ia lalu bercerita tentang cintanya yang tak pernah berbalas. Aku menatapnya lekat, tak ada yang salah dengan paras dan laku gadis ini, namun mengapa cintanya tak pernah berbalas?. Penasaran aku bertanya lagi, mengapa?? “Aku mencintai diam-diam” jawabnya. "Aku mengunci -rasaku- dalam bait-bait puisi disini (sambil menujuk buku hariannya) lalu mengadukannya pada Dia yang Maha mencinta, setelah itu hanya tunggu waktu sampai -rasaku- menguap, tanpa pernah tersampaikan." Sedemikian apik ia mengulum “rasa cintanya", aku sendiri tak tahu apa bisa se-anggun itu mendefinisikan cinta. 

Epilog 
Secret Admirer
Kini gadis itu tak lagi gamang ketika pertanyaan tentang pacar menyapa, ia sudah mengenggam satu keyakinan; Pertalian hati akan terjalin sakral ketika dilandasi dengan niatan yang mulia Lillahi ta’ala. Pemahamannya ini tak serta merta datang, namun lahir dari sebuah proses yang masih terus berjalan. Saat ditanya tentang pacar, jawaban gadis ini masih sama seperti yang dilontarkannya 11 tahun yang lalu, tak ada yang berubah. Bedanya ia tak lagi menjawabnya malu-malu, namun penuh keyakinan. Ia yakin bahwa Allah telah menyiapkan seseorang untuk menjadi imamnya. Meski ia tak pernah tahu kapan perjumpaan mereka dimulai.