Mba koas Sisca akhirnya
pensiun juga... Alhamdulillah... Dunia per"koas"an saya akhirnya tutup buku.
Pembaca pastinya sudah sangat familiar dengan buku kocak bikinan para mantan
koas, dan saya juga tak hendak mengulang cerita-cerita mereka. Saya hanya ingin
berbagi sekelumit kisah unik yang saya alami selama mengarungi kepanitraan
klinik 2 tahun terakhir. Warning!! Penilaian ini sangatlah subyektif. Pertama saya akan mengelompokkan stase berdasarkan beberapa
kategori ; TER-Galau, TER-Syerem, TER-Eksis, TER-Biasa, dan TER-Baik. Okeeh langsung
saja ke kategori pertama...
~TER-GALAU~
(ngikutin tren sekarang, nampaknya kategori ini kudu wajib ada :D)
Nominasinya
adalaaaaaaaaaaaah (gaya presenter Panasonic Awards); Stase Ilmu Bedah & Ilmu Kesehatan Anaaaaaak.......
1.
Stase Ilmu Bedah
Memasuki stase Bedah
seperti memasuki sebuah labirin yang penuh misteri. Stase ini penuh dengan
rentetan peraturan-peraturan tidak tertulis, dengan nuansa senioritas yang
kental manis.. eits.. kental banget -_-“. Kenapa galau?? becoz, kami dituntut
untuk sering sekali berinteraksi dengan konsulen (spesialis bedah). Entah dalam
rangka lapor pasien pre operasi, lapor pasien baru, lapor pasien post op, lapor
pasien yang gawat dan aneka jenis “lapor” yang lain. Interaksi yg sedemikian
sering inilah yang menjadi asal muasal lahirnya kegalauan dikalangan para koas.
Banyak lapor bisa meningkatan peluang untuk banyak melakukan kesalahan. Banyak
melakukan kesalahan, otomatis akan meningatkan frekuensi hukuman (entah tambah
jaga, hukuman tugas serupa referat atau prolong stase) yang pasti dalam bentuk
apapun itu, semuanya bukan pilihan yang enak :’(
Adapun bedah di tempat
saya koas terbagi menjadi 3 sub bagian yakni bedah umum, bedah ortopedi dan
bedah saraf. Ketiganya dihuni oleh tipikal konsulen yang rupa-rupa warnanya
juga membuat bumbu galaunya bertambah seru. Stase ini saya lewati bersama
2 rekan galauers lainnya. Mba koas R yang akrab disapa BBLR (coz berbadan kecil dengan riwayat kelahiran prematur :D) dan mas koas Y. Apaah
cuman ber3??!! Iyap betul sekali! stase yang sarat dengan kegalauan ini hanya
dihuni oleh 3 pejuang galau. Sebetulnya kandidatnya ada 4 orang, hanya satu
rekan yang lain tereliminasi karena belum menamatkan stase IPD (Ilmu Penyakit Dalam)
atau IKA yang disyaratkan SMF kami. Tapi tenang saja, kami masih di beking oleh
4 org senior yang sudah membentuk antigen antigalau.
Meski demikian, konsekuensi yang paling menyebalkan dari hilangnya 1 orang pejuang galau adalah jadwal jaga kami yang sungguh
tidak elok dipandang mata. Bayangkan saja, jadwal yang terpampang nyata itu secara
defakto mewajibkan kami jaga malam 2 hari berturut-turut diselingi libur sehari
lalu kembali jaga 2 hari berturut-turut, begitu seterusnya selama 10 minggu.
Jaga malam harus kami lewati di dua RS yang berbeda, satu di RSUD sedang
satunya lagi di RSB (Rumah Sakit Bedah) milik konsulen kami. Bahkan dipengunjung minggu ke-5 yang
kelam, kami harus jaga malam 3 hari berturut-turut. Hal lain yang menarik (baca: menyesakkan hati.. *nebuu pleaseee T_T) adalah
stase ini mensyaratkan ujian diluar siklus, dengan prolong minimal 2 minggu. Jadi
setelah selesai stase, kami belum diwisuda sebagai koas bedah dan harus
mengikuti ujian lagi diwaktu yg belum bisa ditentukan. Penulis baru ujian
beberapa waktu lalu, meski sudah menamatkan stase ini 1 tahun yang lalu.
Dengan pertimbangan-pertimbangan diatas maka sangatlah layak memasukkan stase
ini sebagai kandidat terkuat stase ter-galau.
2. Stase Ilmu Kesehatan Anak
Stase anak adalah
stase unyuu.. kata syapaaa?? Iya sih anak-anaknya mungkin pada unyu-unyu, tapi
tidak dengan koasnya. Seharusnya ini adalah stase perdana saya namun karena
ketidaksiapan saya menghadapi “keras”nya dunia per'koas'an, akhirnya stase ini
mejadi stase ke3 saya, setelah Forensik dan Obgyn. Kata rekan koas yang lain,
stase anak sebetulnya tidaklah terlalu galau, hanya saja karena saya
menjalaninya saat tengah memasuki masa-masa galau, maka stase ini akhirnya
didaftarkan pada kategori ini :D à berikut alasan sebenarnya;
Ø Stase ini harus kami
lewati tanpa adanya bimbingan dari para senior, sebab ini adalah satu-satunya
stase besar yang tidak mensyaratkan kehadiran senior. Alhasil kami bersembilan
harus gagah menjalani stase ini tanpa dikawal para tetua adat (baca : senior).
Ø Saya 2 kali bolak
balik masuk stase ini. Seperti sudah disinggung pada cerita diatas, saya
sebelumnya pernah mencicipi stase ini selama seminggu, sebelum akhirnya
menyerah. Perihal alasan mengapa saya mundur pernah sedikit saya ceritakan pada
tulisan sebelumnya (baca : Why RSUD S??).
Ø Pasien di bangsal anak
dan perinatologi banyaknya gak kira-kira... alaways on and full bed, dan cukup
buat ngabisin 1 pulpen sehari -_-" (baca : Hiperbola). Interaksi dengan konsulen juga cukup intens utamanya mengkonsul bayi-bayi dan atau adek-adek yang “bermasalah”.
Ø Stase dengan konflik
intern terbanyak. Yup stase ini aku tergabung bersama senior-senior yang sudah
menyelesaikan separuh kepanitraan kliniknya, sangat rentan konflik terutama
ketika koas pendatang dari reguler lain ternyata patologis. Saya? jangan tanya,
hanyalah seorang anak bawang yang masih sangat polos dan ngintilin seniornya. Sebagai penutup inilah stase dengan nilai yudisium terkecil selama saya koas. So, bye-bye SpA...
* Et causa harus ke kampus, jadi sekian dulu tulisan saya kali ini. Sempat tidak sempat nanti dilanjutkan (InsyAllah selama hayat masih di kandung badan :)... BuBye...