Hidup
adalah sebuah pilihan… *Sebuah tulisan 4 tahun yang lalu...
Sikap kita terhadap kehidupan, menentukan sikap kehidupan kepada kita.
Aku ada disini sekarang, detik ini.. semua karena cinta.. Yup dari sang Maha
Pecinta pastinya!^_^). Sebab ini adalah pilihanku, yah pilihan hidup yang telah
ku ambil. Pilihan yang harus dibayar dengan banyak hal yang mungkin akan serupa
menonton telenovela berpuluh-episode jika harus diceritakan detailnya.
Orangtuaku terlalu demokratis, beliau tak pernah mendikte anaknya
menentukan jalan hidupnya. Beliau memberi anak-anaknya kebebasan untuk
menentukan masa depannya sendiri. Prinsip mereka ‘Setiap anak pasti punya benderanya masing-masing’, Nah
bendera itulah yang harus direbut dengan tekad, keberanian, kemauan, dan kerja
keras .. Bukan karena mereka.. bukan karena orang lain.. bukan karena
siapa-siapa, tapi karena kita sendiri yang mau merebutnya. Karena kita yakin
itu bendera kita, ‘masa depan’ kita.
Kita takkan pernah mencapai kesuksesan sesungguhnya, hingga kita
menyukai apa yang sedang kita kerjakan. Kenapa ingin jadi dokter?? pertanyaan
itu pernah berkelebat di benakku. Awalnya ingin jadi dokter karena inilah
cita-cita yang acap kali aku ucapkan sejak kecil (Saat itu ku sama skali tidak
memiliki gambaran tentang apa itu dokter, selain orang dengan jas putih yang
terlihat "gagah"). Ketika tiba hari untuk memutuskan ingin menjadi
apa.. ingin kuliah dimana.. dan seterusnya. Maka kebingungan sempat menderaku.
Ada beberapa profesi yang sempat menarik minatku saat itu (selain dokter),
seperti psikolog, jurnalis dan ilmu biologi. Setelah berpikir setengah
matang (Pikirannya ababil), akhirnya ku putuskan tuk membuat cita-cita masa
kecilku itu jadi nyata. Jalan yang ku tempuh tak semulus dugaanku. Aku harus
menjalani tahun di sebuah kota yang asing, dimana tak seorangpun ku kenal.. dan
yang pasti ku harus membendung asaku kuliah di Fakultas Kedokteran di tahun
yang sama ketika aku lulus. Sekali lagi dititik ini hidup kembali menghadirkan
pilihan. Aku lalu memilih kuliah setahun disalah satu kampus terbaik di Jawa
Timur meski dijurusan pilihan keduaku.
Setahun berselang pintu tuk menggapai asaku terbuka, jalan kembali ku
rentas. Tapi cukupkah sebagai bekalku tuk menempuh kuliah di kedokteran yang
konon kabarnya terkenal sulit dan membosankan?? Akh, ternyata tidak.. Pondasiku
ternyata belum begitu kuat menyangga cita-citaku semata. AKu harus mencari
amunisi lain, alasan kuat lain yang bisa menyempurnakan niatku; "Aku ingin
jadi dokter muslim, aku ingin kelak bisa beramal lewat jalan ini.."
Kemudian datang pertanyaan yang mengusik konsistensiku; "Apakah ini impian
sesaat?" Semoga saja tidak!. Sebab semua impian dapat bermuara pada
kenyataan, jika kita punya keberanian untuk meraihnya.
~Ketika
malam bertandang dan bumi menangis..~
No comments:
Post a Comment