Saturday, June 01, 2013

Memoar; Tentang sebuah cita-cita

Hidup adalah sebuah pilihan… *Sebuah tulisan 4 tahun yang lalu...
Sikap kita terhadap kehidupan, menentukan sikap kehidupan kepada kita. Aku ada disini sekarang, detik ini.. semua karena cinta.. Yup dari sang Maha Pecinta pastinya!^_^). Sebab ini adalah pilihanku, yah pilihan hidup yang telah ku ambil. Pilihan yang harus dibayar dengan banyak hal yang mungkin akan serupa menonton telenovela berpuluh-episode jika harus diceritakan detailnya.
Orangtuaku terlalu demokratis, beliau tak pernah mendikte anaknya menentukan jalan hidupnya. Beliau memberi anak-anaknya kebebasan untuk menentukan masa depannya sendiri. Prinsip mereka ‘Setiap anak pasti punya benderanya masing-masing’, Nah bendera itulah yang harus direbut dengan tekad, keberanian, kemauan, dan kerja keras .. Bukan karena mereka.. bukan karena orang lain.. bukan karena siapa-siapa, tapi karena kita sendiri yang mau merebutnya. Karena kita yakin itu bendera kita, ‘masa depan’ kita.
Kita takkan pernah mencapai kesuksesan sesungguhnya, hingga kita menyukai apa yang sedang kita kerjakan. Kenapa ingin jadi dokter?? pertanyaan itu pernah berkelebat di benakku. Awalnya ingin jadi dokter karena inilah cita-cita yang acap kali aku ucapkan sejak kecil (Saat itu ku sama skali tidak memiliki gambaran tentang apa itu dokter, selain orang dengan jas putih yang terlihat "gagah"). Ketika tiba hari untuk memutuskan ingin menjadi apa.. ingin kuliah dimana.. dan seterusnya. Maka kebingungan sempat menderaku. Ada beberapa profesi yang sempat menarik minatku saat itu (selain dokter), seperti psikolog, jurnalis dan ilmu biologi. Setelah berpikir setengah matang (Pikirannya ababil), akhirnya ku putuskan tuk membuat cita-cita masa kecilku itu jadi nyata. Jalan yang ku tempuh tak semulus dugaanku. Aku harus menjalani tahun di sebuah kota yang asing, dimana tak seorangpun ku kenal.. dan yang pasti ku harus membendung asaku kuliah di Fakultas Kedokteran di tahun yang sama ketika aku lulus. Sekali lagi dititik ini hidup kembali menghadirkan pilihan. Aku lalu memilih kuliah setahun disalah satu kampus terbaik di Jawa Timur meski dijurusan pilihan keduaku.
Setahun berselang pintu tuk menggapai asaku terbuka, jalan kembali ku rentas. Tapi cukupkah sebagai bekalku tuk menempuh kuliah di kedokteran yang konon kabarnya terkenal sulit dan membosankan?? Akh, ternyata tidak.. Pondasiku ternyata belum begitu kuat menyangga cita-citaku semata. AKu harus mencari amunisi lain, alasan kuat lain yang bisa menyempurnakan niatku; "Aku ingin jadi dokter muslim, aku ingin kelak bisa beramal lewat jalan ini.." Kemudian datang pertanyaan yang mengusik konsistensiku; "Apakah ini impian sesaat?" Semoga saja tidak!. Sebab semua impian dapat bermuara pada kenyataan, jika kita punya keberanian untuk meraihnya.
~Ketika malam bertandang dan bumi menangis..~

No comments:

Post a Comment