Belum
lama ini aku mendapat pencerahan, bisa dibilang aku kembali diingatkan Allah
tentang sebuah perintahnya yang bisa menjadi indikasi dan tolak ukur tingkat
ketaqwaan kita kepada Beliau; HIJAB. Terkenang kembali ihwal mengapa aku memutuskan
berhijab. Konon katanya dibalik hijab seseorang, biasanya terselip sebuah
pengalaman spiritual. Lantas bagaimana denganku? Adakah pengalaman, mimpi atau
bisikan yang menuntunku agar berhijab? Jawabannya tidak. Aku pure berhijab karena tahu bahwa hijab
hukumnya wajib bagi setiap muslimah yang sudah baligh. Ini juga kuketahui dari
majalah remaja islami favoritku (ANNIDA). Saat itu aku bahkan belum lancar
membaca Al Qur’an dan masih duduk dibangku kelas 3 SMP. Menjadi bagian dalam
komunitas plurarisme yang jauh dari nilai-nilai Islam terang membuat
pemahamanku tentang agama sangatlah minim. Alhamdulillah hidayah Allah menyapa,
aku yang sempat begitu membanggakan rambutku diam-diam berikrar ingin segera
berhijab. Suatu ketika keinginan ini aku utarakan pada seseorang yang paling
penting dalam hidupku, beliau saat itu cukup vokal mempertanyakan keputusan
ini, menurutnya postur tubuhku yang dibawah rata-rata (pendek) akan tambah
“tenggelam” jika memakai pakaian panjang. Beliau juga menambahkan, toh hijab
tak lantas membuat penggunanya berkelakuan lebih baik, lalu mencontohkan
beberapa kenalan yang berhijab tapi akhlaknya masih juga minus lantas mempertanyakan
korelasi langsung antara hijab dan akhlak. Pengetahuan agama yang masih dangkal membuatku menapik jika harus beradu argumentasi dengan beliau. Pada akhirnya aku mengeluarkan jurus pamungkas yang terlintas begitu saja saat itu, aku
mengatakan ingin melanjutkan SMA disebuah sekolah berasrama yang mewajibkan
siswinya berhijab. Sekolah yang digagas oleh BJ Habibie tsb memiliki reputasi
sebagai sekolah terbaik di tempatku. Aku bahkan tidak menyiapkan cadangan
andai aku tidak diterima disana, Haqqul yakin kalau Allah akan meluluskanku. Ketika
itu bacaan Quranku masih sangat kacau namun Alhamdulillah Allah Maha baik...
Aku lulus dan akhirnya tepat diusia 15 tahun aku akhirnya berhijab. Pakaian
taqwa resmi menjadi pelindungku, hijabku saat itu masih sesuai dengan ketentuan
syariat.
--->Gadis
itu menatap cermin lekat-lekat, dipandangi wajahnya yang tampak berbeda dari
biasanya sebab sebuah kain kini membungkus rambut kebanggaannya dulu. Bismillah
ujar gadis itu dalam hati, ia menitikkan air mata haru, perjuangannya untuk
meyakinkan ibunda agar meridhoi niatan mulia ini akhirnya membuahkan hasil,
meski sedikit disertai aroma “terpaksa” karena anak gadisnya bersikeras untuk
menuntut ilmu disekolah berasrama yang terkenal islami. Entah apa yang
sebetulnya berkecamuk dalam hati perempuan bermata sipit ini, ia mungkin takut
kalau-kalau sang putri berubah dikarenakan hijab yang kini membalut tubuhnya.
Ia memang kurang mengenal agama yang dianutnya saat memutuskan menikah dengan
seorang muslim pribumi. Ia sepenuhnya mencintai Allah namun pemahaman terhadap
ajaran-Nya masih sangat dangkal. Ia tidak bisa membaca Al Quran dan hanya hapal
2 surah pendek yang selalu diulangnya ketika sholat; Al Fatihah dan Al Ikhlas.
Diam-diam ia berdoa semoga kekhawatirannya melihat sang anak yang tengah
antusias mengenal agamanya, sebetulnya tidak beralasan.<---
Saat
pertama kali memasuki sekolah yang dijuluki “penjara suci” ini, aku seperti
menemukan atmosfer yang sungguh mengagumkan. Para siswa lalu lalang dengan buku
yang tak pernah lepas dari genggaman dengan tampilan syar’i yang menyejukan
mata. Wow sepertinya rumor yang berhembus bahwa sekolah ini memiliki standar
akademik yang tidak main-main memang benar adanya. Keseriusan para siswa
menimba ilmu memang terpampang nyata, pantas saja saringan masuknya ketat.
Disini aku menemukan jawaban dari berbagai pertanyaan tentang agama yang sudah kupeluk
sejak lahir. Sekolah ini memadukan pendidikan sains dengan agama dengan racikan
yang proporsional. Kami mendapat pelajaran mengenai Al-Quran dan Hadist, Ilmu
Fiqih, Aqidah Akhlak, bahasa Arab dan Sejarah Kebudayaan Islam. Belum ditambah
rangkaian kegiatan lain yang sarat nilai islam sejak kami bangun ( maksimal
pukul 04.00) hingga masuk jam tidur (pukul 22.00). Masa adaptasi dengan ritme kegiatan
dan aturan yang dikontrol penuh selama 24 jam, tidak membuatku patah arang. Percayalah
jika manusia sungguh sangat elastis, ia perlahan akan mengikuti alur yang
didesain habitatnya. Inilah yang terjadi denganku... perlahan namun pasti, aku
akhirnya terbiasa. Oke hal ini tentunya tidak semulus perkiraan awam, namun
juga tidak sesulit anggapan orang lain. Ingin menjadi muslimah yang kaffah,
itulah mimpi sederhanaku saat itu.
Epilog
--->Seorang
gadis menatap cermin lekat-lekat, pantulan wajahnya berubah... ya ia bukan lagi
gadis 15 tahun yang antusias dengan hijab pertamaanya. 10 tahun berselang
begitu cepat, bulan ini umurnya akan genap berusia seperempat abad. Ia
berubah... hijabnya pun demikian, sayangnya perubahannya bukan kearah positif
namun sebaliknya. Gadis tadi memang masih berbalut hijab namun tak lagi syar’i.
Hijabnya kini hanya selembar kain tipis dengan model yang dililitkan diatas
dadanya. Entah sejak kapan ia berubah, ia sendiri bahkan seperti tak sadar
bahwa ia berubah. Ia seperti lupa dengan ihwal mengapa ia berhijab. Ia lupa
dengan baris-baris mimpi yang ditulisnya di lembaran buku hariannya; Ingin
menjadi muslimah sholeha. Gadis itu tertegun memandangi cermin, entah apa yang
ada dibenaknya kini, sadarkah ia bahwa waktu perlahan tapi pasti telah berhasil
menggerus mimpinya?. Perlahan ia membuka penutup kepala transparannya.
Diambilnya kain lain yang lebih tebal... gadis tadi berujar; “Bismillah, Ya
Allah teguhkanlah hamba untuk menjalankan perintahMu.”<---
09/09/2013,
Renungan dikala senja menyapa (Teruntuk diriku dan dirimu yang tengah berjuang
menggenggam hidayah-Nya)
Hijab muslimah yang syar’i itu kayak
gimana siiih? Masih ada yang belum tahu??
Secara garis besar, hijab syar’i untuk muslimah untuk dipakai kalau keluar
dari rumah itu kerudung dan jilbab. Dalilnya bisa dilihat di al-Qur’an surat
an-Nur: 31 sama al-Ahzab: 59. Nah, bedanya apa kerudung dan jilbab? Keduanya dipresepsikan
sama, padahal asli berbeda. Kerudung atau khimar itu adalah kain yang menutupi
kepala. Syarat minimalnya sampai menutupi dada, tapi kalau mau lebih panjang lebih
baik, nggak ada larangan. Selain itu, nggak boleh transparan dan nggak boleh
ketat. Imam Syaukaniy dalam Fath al-Qadiir, berkata: “Khumur adalah bentuk plural dari khimar; yakni
apa-apa yang digunakan penutup kepala oleh seorang wanita.a l-Juyuub adalah
bentuk jamak dari jaib yang bermakna al-qath’u min dur’u wa al-qamiish (kerah
baju). Para ahli tafsir mengatakan; dahulu, wanita-wanita jahiliyyah menutupkan
kerudungnya ke belakang, sedangkan kerah baju mereka bagian depan terlalu lebar
(luas), hingga akhirnya, leher dan kalung mereka terlihat. Setelah itu, mereka
diperintahkan untuk mengulurkan kain kerudung mereka di atas dada mereka untuk
menutup apa yang selama ini tampak”. Nah, jelas kan? Harus bisa menutupi
kepala dan dada, dan jangan sampai apa yang ada di baliknya kelihatan.
Lalu bagaimana dengan Jilbab? Sederhananya jilbab~ gamis atau baju kurung. Pakaian
terusan tanpa potongan dari bahu sampai kaki. Jadi, beda dengan kerudung.
Persamaannya, jilbab juga nggak boleh transparan dan ngetat. Di dalam kamus al-Muhith dinyatakan, bahwa jilbab itu
seperti sirdaab (terowongan) atau sinmaar
(lorong), yakni baju atau pakaian longgar bagi wanita selain baju kurung atau
kain apa saja yang dapat menutup pakaian kesehariannya seperti halnya baju
kurung.” Sedangkan dalam kamus al-Shahhah, al-Jauhari mengatakan, “jilbab adalah kain panjang dan longgar (milhafah) yang
sering disebut dengan mula’ah (baju kurung).”
Simpulannya hijab syar’i untuk muslimah yang dipakai ketika keluar rumah
itu kerudung/khimar dan jilbab. Keduanya wajib dipakai, nggak boleh nggak. Dan
satu yang tak kalah penting adalah jangan tabarruj. Apaan tuh tabarruj? ”..dan janganlah kamu tabarruj (berhias dan bertingkah laku) seperti
orang-orang Jahiliyah yang dahulu,” (Q.S. al-Ahzab: 33). Intinya
tabarruj yaitu berhias berlebih... modis sih oke... tapi jangan berlebih alias
menor. Percaya deh; cantik itu sederhana kawan. Last mempertahankan itu jauh
lebih susah daripada meraih... Ayo pegang terus cahaya hidayah yang sudah Allah
berikan erat-erat (Sumber;
http://andhika-alhazen.blogspot.com
dengan beberapa perubahan).
No comments:
Post a Comment