Saturday, August 31, 2013

Refleksi ; Hijabku dulu dan kini

Belum lama ini aku mendapat pencerahan, bisa dibilang aku kembali diingatkan Allah tentang sebuah perintahnya yang bisa menjadi indikasi dan tolak ukur tingkat ketaqwaan kita kepada Beliau; HIJAB. Terkenang kembali ihwal mengapa aku memutuskan berhijab. Konon katanya dibalik hijab seseorang, biasanya terselip sebuah pengalaman spiritual. Lantas bagaimana denganku? Adakah pengalaman, mimpi atau bisikan yang menuntunku agar berhijab? Jawabannya tidak. Aku pure berhijab karena tahu bahwa hijab hukumnya wajib bagi setiap muslimah yang sudah baligh. Ini juga kuketahui dari majalah remaja islami favoritku (ANNIDA). Saat itu aku bahkan belum lancar membaca Al Qur’an dan masih duduk dibangku kelas 3 SMP. Menjadi bagian dalam komunitas plurarisme yang jauh dari nilai-nilai Islam terang membuat pemahamanku tentang agama sangatlah minim. Alhamdulillah hidayah Allah menyapa, aku yang sempat begitu membanggakan rambutku diam-diam berikrar ingin segera berhijab. Suatu ketika keinginan ini aku utarakan pada seseorang yang paling penting dalam hidupku, beliau saat itu cukup vokal mempertanyakan keputusan ini, menurutnya postur tubuhku yang dibawah rata-rata (pendek) akan tambah “tenggelam” jika memakai pakaian panjang. Beliau juga menambahkan, toh hijab tak lantas membuat penggunanya berkelakuan lebih baik, lalu mencontohkan beberapa kenalan yang berhijab tapi akhlaknya masih juga minus lantas mempertanyakan korelasi langsung antara hijab dan akhlak. Pengetahuan agama yang masih dangkal membuatku menapik jika harus beradu argumentasi dengan beliau.  Pada akhirnya aku mengeluarkan jurus pamungkas yang terlintas begitu saja saat itu, aku mengatakan ingin melanjutkan SMA disebuah sekolah berasrama yang mewajibkan siswinya berhijab. Sekolah yang digagas oleh BJ Habibie tsb memiliki reputasi sebagai sekolah terbaik di tempatku. Aku bahkan tidak menyiapkan cadangan andai aku tidak diterima disana, Haqqul yakin kalau Allah akan meluluskanku. Ketika itu bacaan Quranku masih sangat kacau namun Alhamdulillah Allah Maha baik... Aku lulus dan akhirnya tepat diusia 15 tahun aku akhirnya berhijab. Pakaian taqwa resmi menjadi pelindungku, hijabku saat itu masih sesuai dengan ketentuan syariat.

--->Gadis itu menatap cermin lekat-lekat, dipandangi wajahnya yang tampak berbeda dari biasanya sebab sebuah kain kini membungkus rambut kebanggaannya dulu. Bismillah ujar gadis itu dalam hati, ia menitikkan air mata haru, perjuangannya untuk meyakinkan ibunda agar meridhoi niatan mulia ini akhirnya membuahkan hasil, meski sedikit disertai aroma “terpaksa” karena anak gadisnya bersikeras untuk menuntut ilmu disekolah berasrama yang terkenal islami. Entah apa yang sebetulnya berkecamuk dalam hati perempuan bermata sipit ini, ia mungkin takut kalau-kalau sang putri berubah dikarenakan hijab yang kini membalut tubuhnya. Ia memang kurang mengenal agama yang dianutnya saat memutuskan menikah dengan seorang muslim pribumi. Ia sepenuhnya mencintai Allah namun pemahaman terhadap ajaran-Nya masih sangat dangkal. Ia tidak bisa membaca Al Quran dan hanya hapal 2 surah pendek yang selalu diulangnya ketika sholat; Al Fatihah dan Al Ikhlas. Diam-diam ia berdoa semoga kekhawatirannya melihat sang anak yang tengah antusias mengenal agamanya, sebetulnya tidak beralasan.<---

Saat pertama kali memasuki sekolah yang dijuluki “penjara suci” ini, aku seperti menemukan atmosfer yang sungguh mengagumkan. Para siswa lalu lalang dengan buku yang tak pernah lepas dari genggaman dengan tampilan syar’i yang menyejukan mata. Wow sepertinya rumor yang berhembus bahwa sekolah ini memiliki standar akademik yang tidak main-main memang benar adanya. Keseriusan para siswa menimba ilmu memang terpampang nyata, pantas saja saringan masuknya ketat. Disini aku menemukan jawaban dari berbagai pertanyaan tentang agama yang sudah kupeluk sejak lahir. Sekolah ini memadukan pendidikan sains dengan agama dengan racikan yang proporsional. Kami mendapat pelajaran mengenai Al-Quran dan Hadist, Ilmu Fiqih, Aqidah Akhlak, bahasa Arab dan Sejarah Kebudayaan Islam. Belum ditambah rangkaian kegiatan lain yang sarat nilai islam sejak kami bangun ( maksimal pukul 04.00) hingga masuk jam tidur (pukul 22.00). Masa adaptasi dengan ritme kegiatan dan aturan yang dikontrol penuh selama 24 jam, tidak membuatku patah arang. Percayalah jika manusia sungguh sangat elastis, ia perlahan akan mengikuti alur yang didesain habitatnya. Inilah yang terjadi denganku... perlahan namun pasti, aku akhirnya terbiasa. Oke hal ini tentunya tidak semulus perkiraan awam, namun juga tidak sesulit anggapan orang lain. Ingin menjadi muslimah yang kaffah, itulah mimpi sederhanaku saat itu.
Epilog
--->Seorang gadis menatap cermin lekat-lekat, pantulan wajahnya berubah... ya ia bukan lagi gadis 15 tahun yang antusias dengan hijab pertamaanya. 10 tahun berselang begitu cepat, bulan ini umurnya akan genap berusia seperempat abad. Ia berubah... hijabnya pun demikian, sayangnya perubahannya bukan kearah positif namun sebaliknya. Gadis tadi memang masih berbalut hijab namun tak lagi syar’i. Hijabnya kini hanya selembar kain tipis dengan model yang dililitkan diatas dadanya. Entah sejak kapan ia berubah, ia sendiri bahkan seperti tak sadar bahwa ia berubah. Ia seperti lupa dengan ihwal mengapa ia berhijab. Ia lupa dengan baris-baris mimpi yang ditulisnya di lembaran buku hariannya; Ingin menjadi muslimah sholeha. Gadis itu tertegun memandangi cermin, entah apa yang ada dibenaknya kini, sadarkah ia bahwa waktu perlahan tapi pasti telah berhasil menggerus mimpinya?. Perlahan ia membuka penutup kepala transparannya. Diambilnya kain lain yang lebih tebal... gadis tadi berujar; “Bismillah, Ya Allah teguhkanlah hamba untuk menjalankan perintahMu.”<---
09/09/2013, Renungan dikala senja menyapa (Teruntuk diriku dan dirimu yang tengah berjuang menggenggam hidayah-Nya)
Hijab muslimah yang syar’i itu kayak gimana siiih? Masih ada yang belum tahu??

Secara garis besar, hijab syar’i untuk muslimah untuk dipakai kalau keluar dari rumah itu kerudung dan jilbab. Dalilnya bisa dilihat di al-Qur’an surat an-Nur: 31 sama al-Ahzab: 59. Nah, bedanya apa kerudung dan jilbab? Keduanya dipresepsikan sama, padahal asli berbeda. Kerudung atau khimar itu adalah kain yang menutupi kepala. Syarat minimalnya sampai menutupi dada, tapi kalau mau lebih panjang lebih baik, nggak ada larangan. Selain itu, nggak boleh transparan dan nggak boleh ketat. Imam Syaukaniy dalam Fath al-Qadiir, berkata: “Khumur adalah bentuk plural dari khimar; yakni apa-apa yang digunakan penutup kepala oleh seorang wanita.a l-Juyuub adalah bentuk jamak dari jaib yang bermakna al-qath’u min dur’u wa al-qamiish (kerah baju). Para ahli tafsir mengatakan; dahulu, wanita-wanita jahiliyyah menutupkan kerudungnya ke belakang, sedangkan kerah baju mereka bagian depan terlalu lebar (luas), hingga akhirnya, leher dan kalung mereka terlihat. Setelah itu, mereka diperintahkan untuk mengulurkan kain kerudung mereka di atas dada mereka untuk menutup apa yang selama ini tampak”. Nah, jelas kan? Harus bisa menutupi kepala dan dada, dan jangan sampai apa yang ada di baliknya kelihatan.

Lalu bagaimana dengan Jilbab? Sederhananya  jilbab~ gamis atau baju kurung. Pakaian terusan tanpa potongan dari bahu sampai kaki. Jadi, beda dengan kerudung.  Persamaannya, jilbab juga nggak boleh transparan dan ngetat. Di dalam kamus al-Muhith dinyatakan, bahwa jilbab itu seperti sirdaab (terowongan) atau sinmaar (lorong), yakni baju atau pakaian longgar bagi wanita selain baju kurung atau kain apa saja yang dapat menutup pakaian kesehariannya seperti halnya baju kurung.” Sedangkan dalam kamus al-Shahhah, al-Jauhari mengatakan, “jilbab adalah kain panjang dan longgar (milhafah) yang sering disebut dengan mula’ah (baju kurung).”

Simpulannya hijab syar’i untuk muslimah yang dipakai ketika keluar rumah itu kerudung/khimar dan jilbab. Keduanya wajib dipakai, nggak boleh nggak. Dan satu yang tak kalah penting adalah jangan tabarruj. Apaan tuh tabarruj? ”..dan janganlah kamu tabarruj (berhias dan bertingkah laku) seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu,” (Q.S. al-Ahzab: 33). Intinya tabarruj yaitu berhias berlebih... modis sih oke... tapi jangan berlebih alias menor. Percaya deh; cantik itu sederhana kawan. Last mempertahankan itu jauh lebih susah daripada meraih... Ayo pegang terus cahaya hidayah yang sudah Allah berikan erat-erat (Sumber; http://andhika-alhazen.blogspot.com dengan beberapa perubahan).

No comments:

Post a Comment