Disatu malam dengan latar rintik hujan yang terdengar syahdu, berlangsung sebuah
percakapan singkat tentang definisi baik. Yaah... kami yang malam ini
memutuskan untuk tidur lebih cepat dari biasanya, ternyata belum berhasil menjinakkan mata kami. Alhasil dari pada sibuk menghitung jumlah domba demi mengundang kantuk, kami akhirnya terlibat dalam obrolan malam yang lagi-lagi tentang
topik yang serupa tapi sama.
Nyndia: Kak kalo kamu tiba-tiba dilamar gimana?
Aku:
Ya gimana? Kalo yang datang orangnya baik ya aku terima mungkin... Hehehe...
Nyndia:
Orang yang baik itu kaya' mana sih?
Aku:
Definisi baik menurut setiap orangkan beda-beda. Kamu bisa bilang dia orang
baik, sedang menurutku bisa jadi biasa aja, atau sebaliknya aku memuji dia baik
setinggi langit, sedang kamu bilang... nothing
special ah kak!
Nyndia:
Maksudnya gimana kak? Jelasin doong..
Aku:
Kriteria baik menurutku bukan hanya soal dia taat pada Allah, dan memuliakan
keluarganya, tapi juga dia yang tidak merokok. Sebutlah ini syarat yang
terbilang muluk bagi sebagian orang, tapi mutlak menurutku. (Lagi-lagi
prinsipku soal perokok aktif tidak bisa ditawar, “sama dirinya sendiri aja g’
sayang, gimana mau sayang orang lain??”. Pemahaman soal ini beberapa kali
dikritisi sahabat dekatku. ”Kamu jangan
bikin standar kayak gitu deh, aku aja juga tadinya g suka sama perokok, eh
dapetnya si dia yang ternyata perokok... tapi ya mau gimana lagi?, udah keburu sayang
sih”, ujar temanku yang berencana menikah tahun depan. Jujur, sulit bagiku
untuk mengagumi apalagi jatuh cinta dengan lelaki yang juga perokok, entah
mengapa seseorang yang awalnya menurutku mempesona akan langsung menjadi biasa
ketika kebiasaan merokoknya terungkap. Akh maaf teman, sepertinya agaknya susah
mentolerir yang satu ini -_-“).
Nyndia:
Oh gitu ya kak? Ini seperti definisi baik menurut temanku yang menilai
seseorang dari banyak sedikitnya hapalan qur’annya ya?.
Aku:
Yap! bisa jadi hafidz qur’an yang sudah khatam sekian juz adalah kriteria baik
menurut temanmu dan mereka yang hanya hapal sekian surat di juz 30 tergolong
biasa-biasa saja. Bagiku justru hal tsb
bukan masalah karena aku sadar hapalan aku juga ala kadarnya, trus ngarep dia
yang hapalannya banyak? Itu mah aku yang g ngaca! >,<. Dari sini kita juga
bisa paham mengapa kita bisa mencintai orang yang berbeda-beda. Kebayang g,
kalo definisi “baik” menurut semua manusia itu sama?, mungkin satu orang bisa diperebutkan jutaan bahkan miliaran manusia. So, sekarang tugas kita tinggal
berbenah, memperbaiki kekurangan kita yang berjibun ini, ingat hukum kepantasan; yang baik untuk yang baik.
Nyndia:
Iya kak.. semoga bisa istiqomah memperbaiki diri dan pastinya kita tidak jatuh
kedalam maksiat pacaran. Haha... :D
Aku:
Yuhuuu... Amiiin... Bisa g’ pernah pacaran sampai detik ini sebetulnya ajaib
bagiku, wong orang yang aku taksir kan tipakal ikhwan gitu.. boro pacaran
komunikasi yang g penting aja tidak. Itulah hebatnya Allah, beliau tahu iman
aku lemah, coba aja kalo orang yg aku taksir ngajak pacaran... pasti udah
ngangguk deh aku. Hahaha...
Nyndia:
Iya sama kak...
Aku: Udah ah ngantuuk... galau timenya kapan-kapan dilajutin lagi yaa...
Nyndia:
Zzzzzzzzzzz... *hening ( Dia udah nyuri start duluan ternyata >,<")
No comments:
Post a Comment