Tuesday, December 10, 2013

I’am a Lucky Girl?


Pernah dengar kalimat yang bilang  “Orang rajin bisa mengalahkan orang pintar, namun keduanya dikalahkan oleh orang yang beruntung”?. Aku pernah mengalami moment yang merangkum kalimat diatas, percaya g percaya.. orang beruntung itu memang ada kawan. Kisah ini bermula ketika aku duduk dibangku SMA, saat itu sekolah membuka pendaftaran pelatihan untuk bakal calon peserta olimpiade sains. Sebagai murid rata-rata dalam hal akademik, awalnya aku tak tertarik mendaftar dibidang apapun. Guru asuhku adalah guru biologi handal lulusan IPB, beliau memotivasiku coba mendaftar dikelas Biologi. Oke, bukan saran yang muluk, mengingat dibanding mata pelajaran lain (Matematika, Fisika dan Kimia), nilai Biologikulah yang paling mendingan, tapi juga tak bisa dibilang excellent. Aku memang tipe yang lebih suka bergelut dengan kata ketimbang harus berjibaku dengan rumus ngejelimet. Tapi jujur dibanding Biologi aku lebih tertarik Bahasa Indonesia, Geografi dan Sejarah.. Hahaha... (kok iso yo nyasar di FK??:D). Aku lalu memberanikan diri memilih Biologi, sialnya peminat Biologi tak tanggung-tanggung! kelas diiisi oleh wajah-wajah meyakinkan penghuni rangking umum. Jangan ditanya rangking umumku berapa, wong masuk rangking dikelas aja tidak -.- #kalem, bahkan si pemilik rangking 1 diangkatanku yang juga pemegang juara umum se-sekolah turut meramaikan kompetisi (Saat ini beliau tengah merampungkan tesis master di Virginia tech University, US). Bisa dibilang diatas kertas, kans aku untuk menjadi wakil sekolah ke ajang yang lebih tinggi bisa dibilang mustahil. Itu menurut itung-itungan manusia loh yaa, tapi tenyata Allah berkendak lain.

Seleksi olimpiade ini berjenjang, dari tahap sekolah, kabupaten, provinsi lalu nasional. Di tahap sekolah nilai aku tenyata memenuhi syarat untuk dikirim ke level kabupaten, ada 5 orang waktu itu dan aku mungkin nama yang paling tidak diunggulkan. Tak disangka-sangka saat pengumumuan hasil final kabupaten, namaku menempati posisi pertama, yaah nilaiku bahkan jauh mengungguli peringkat ke2 yang diisi oleh seniorku anak kelas 2 (Saat ini beliau sdh wara wiri di Tipi sbg pemenang kontes sebuah merk susu khusus lelaki, juga berprofesi sbg dokter #sekilasinfo), dan peringkat 3 yang diisi temanku si pemilik rangking umum. See?? Jangan tanya bagaimana perasaanku waktu itu?? Bingung... haru... g percaya!! Kesemuanya diseduh jadi satu :D. Seingatku test waktu itu ada 200 nomor dengan sistem serupa SPMB (benar +4, salah -1) dan “bodohnya” aku lupa soal peraturan itu, aku menjawab kesemua 200 soal itu temans! Yaaah... tanpa alpa, dan menjadi satu-satunya peserta yang menjawab semua soal yang diujikan. Alhasil menurut penuturan guruku yang turut menjadi tim penilai, beliau sempat "takikardi" saat lembar jawabanku akan dikoreksi. Guruku khawatir nilai minus, dan itu pasti akan sangat memalukan -_-”.
Juara dilevel kabupaten sebetulnya adalah gambaran dilevel berikutnya, mengapa? Tanpa bermaksud sombong, untuk ukuran regional sekolahku bisa dibilang salah satu yang terbaik. Nyaris dari tahun ketahun wakil olimpiade sains provinsi didominasi sekolah kami, tak tanggung-tanggung presentasinya almost 100%. Jadi bisa dibilang sainganku saat itu teman-teman seperguruanku juga. Sayangnya ditingkat yang lebih tinggi ini, "dewi fortuna" tak lagi menaungiku. Aku hanya duduk diperingkat kedua dan posisi pertama sekaligus wakil ke nasional diisi oleh temanku yang di tingkat kabupaten bertengger di peringkat ke 4. See again? Ga ada yg g mungkin bukan?. Tahun berikutnya (kelas 2), berbekal pengalaman tahun lalu aku pun mengikuti ajang yang sama. Hasilnya? Kejutan tahun lalu kembali berulang, ditingkat kabupaten aku kembali menggondol posisi pertama, dan menjadi runner up ditingkat provinsi. Dari bocoran guruku, ternyata nilaiku dengan temanku yang menjadi juara 1 hanya terpaut 1 soal. Akh, lagi-lagi nyaris... tapi tak apalah setidaknya lewat ajang ini aku menemukan banyak pelajaran tak ternilai, dan satu lagi akupun mendapatkan bonus rupiah yang terbilang lumayan. 2 juta rupiah dibayar tunai (dipotong pajak 25%) dan inilah uang pertama yang kuhasilkan sendiri.. bahagianyaaaa... Waktu itu dengan bangga ku menelpon mamah “Mah, Ika dpt rejeki nih.. mama lagi butuh duit g?” #belagumodeon.  *Berasa kayaaaa bangeeet waktu mengang duit segitu.. Harap maklum! masih ababil kere soalnya.. :D

Kalau ada yang sesumbar berkata saat itu aku juara karena beruntung, ya akupun setuju. Akh terkadang menjadi orang yang beruntung itu menyenangkan kawan! Thanks to Allah... sang pencipta “keberuntungan” yang sejati. So, I’am a lucky girl? Maybe?! :P

No comments:

Post a Comment