Sahabat lazimnya
memiliki arti yang sangat penting bagi setiap kita khususnya yang tengah
bertumbuh di masa mudanya. Bahkan beberapa survei pernah mengklaim bahwa para remaja
cenderung mengutamakan sahabatnya ketimbang keluarganya sendiri. Akupun mungkin pernah berada pada masa itu. Saat dimana teramat mengagumi pesona
persahabatan, kemudian tiba-tiba terhempas di satu titik yang tak lagi percaya dengan kata
itu. Saat “persahabatan” tak lebih sekedar fatamorgana belaka, sebentuk kata tanpa makna. Arti persahabatan ternyata tak se“sakral” yang kukira, kesimpulan ini tentu tak serta merta hadir tanpa ihwal yang jelas. Warna yang
semula cerah ceria itu luntur, hingga suatu ketika semuanya terlihat transparan.
Butuh waktu
untuk membuat semuanya seperti sediakala, saat aku bisa kembali tersenyum memandangi wajah mereka satu persatu. Butuh lebih dari ribuan detik
untuk bisa membuatku kembali percaya bahwa sahabat sejati itu mungkin adanya. Karena pembuktian
kesejatian memerlukan proses yg tak bisa dibilang singkat, dan pastinya butuh
kesabaran untuk menunggu keringnya luka yang pernah mengaga. Ingat, ini bukan
perkara yg mustahil meski tak bisa dibilang mudah.
Ada sebuah
jalan diagonal yang mungkin bisa membuat waktu tempuhnya lebih singkat dari perkiraan
awam. “Memaafkan tanpa pernah mengharap kata maaf”, sebab mungkin tak ada yang
akan pernah ada benar-benar berucap maaf. Terapi yang mungkin bisa lekas
membuat luka itu mengering, namun sepertinya masih tak cukup untuk membuatnya
sembuh sempurna tanpa bekas. Selain itu tetap meneruskan langkah tanpa menoleh kebelakang, sekali lagi mungkin bisa menjadi penawar yang mujarab. Terus berjalan dan
menanti kejutan perjumpaan dengan mereka yang lain, sembari berdoa kesejatian
itu lolos dari ujian berat sang waktu.
Terima kasih
untuk kalian yang pernah berbagi senyum, tawa bahkan tangis bersama. Tak ada
yang patut disalahkan jika memori indah itu perlahan memudar. Semua karena kita
terus melangkah, lalu tanpa sadar berjalan ke arah kutub yang berbeda. Apapun itu
percayalah tak pernah ada yang kebetulan didunia ini, termasuk pertalian dan
pertemuan kita. Hanya saja sifat lemah kita yang pelupa kerap alpa mensyukurinya. Semoga akan datang kembali perjumpaan lain, yang lalu membuat semuanya
kembali menghangat dan membingkai kenangan baru yang mungkin sejati.
~03.35/23413~
No comments:
Post a Comment