Friday, April 12, 2013

Misteri Musim, Mimpi dan Realita

Pernahkah kamu bermimpi untuk menimba ilmu di negeri orang dengan latar 4 musim yang berbeda?. Aku pernah, dulu sekali keinginan itu pernah terlintas diotak polosku. Membayangkannya saja sudah membuatku berbinar. Namun seiring berjalannya waktu kepolosanku lambat laun tergerus. Kuliah diluar negeri duit dari mana?, kuliah diluarkan mesti punya kemampuan berbahasa asing minimal bahasa inggris yang baik dan pastinya otak yang cemerlang (Nah aku? Bisa dibilang manusia dengan prestasi rata-rata, mean : kalau sebagian besar orang lulus maka aku kemungkinan besar juga lulus dan berlaku kebalikannya pula -_-), ditambah rentetan tanya lain yang  ujung-ujungnya bermuara pada jawaban bernada negatif. Entah karena bertambah dewasa dan paham bahwa mimpi itu terlalu tinggi atau karena sangsi dengan kemampuan sendiri akhirnya lambat laun mimpi itu perlahan memasuki musim gugur yang hanya menyisakan ranting tanpa daun.


Pertengahan bulan Agustus 2012 mimpi tadi yang seolah membeku dimusim dingin, perlahan kembali mencair. Yeah mimpi itu hidup dan seolah tak sabar langsung melompat memasuki musim semi. Tawaran dari seorang sensei (prof Sakakibara) yang kukenal secara tak sengaja membuat mimpi itu seolah berbunga. Aku tak sengaja terlibat penelitian beliau saat tengah pulang berlibur di bulan ramadhan  tahun lalu. Sesuatu yang sudah aku cap mustahil untuk ku raih perlahan namun pasti terlihat kasat mata. Prof itu terlihat serius mau membukakan jalan untuk mewujudkan mimpi yang nyalanya nyaris padam itu. Aku pun banyak mencari info tentang bagaimana sistem pendidikan di Jepang dan remeh temeh tentang suka duka perjuangan mahasiswa asing khususnya Indonesia saat berkuliah disana. Aku juga intens berkorespondensi dengan beberapa prof, dan kandidat P.hD asal Indonesia yg pernah menimba ilmu diluar negeri khususnya dinegeri Sakura.

Usai beberapa kali berinteraksi secara intensif melalu alam maya, prof kembali mengundangku bercakap empat mata saat beliau berkunjung ke kota Kembang akhir bulan Maret tahun ini. Beliau mengaku telah menghubungi beberapa koleganya di Fakultas Kedokteran kampusnya mengajar (Prof Sakakikabara bukan prof bidang kedokteran melainkan bidang teknik). Beberapa hal beliau paparkan termasuk masa studi yang minimal 4 tahun (Bagi lulusan profesi semisal dokter umum, gigi maupun  apoteker dapat langsung lompat ke S3 disana) dan yang membuat nafasku terasa sesak (Alay mode on:P) adalah syarat penguasaan bahasa Jepang yang harus mumpuni. Kenyataan ini terang membuat nyaliku ciut, sebab sebelumnya aku berpikir disana untuk kedokteran telah ada international classnya namun ternyata belum ada pemirsa T_T (mungkin saja dibeberapa kampus ternama sudah ada, namun di”calon” kampusku belum tersedia). 

Aku juga memdapat masukan dari beberapa teman yang aku ajak sharing utamanya dari bang Jiro yang tengah mengambi P.hD bagian kardiovaskular di Jichi Medical University Jepang. Penjelasan yg aku dapat dari bang Jiro sangat detail ditambah cerita pribadi beliau tentang perjuangan dan tantangan yang dihadapinya saat beradaptasi dengan iklim belajar di Jepang yg bisa dibilang tidak mudah. Bayangkan untuk kedokteran hampir semua istilah bahkan yang familiar sekalipun ada bahasa Jepangnya contohnya : EKG = shindenzu, stetoskop = choushinki, hipertensi = kouketsuatsu, aorta = daidoumyaku, angina pektoris = anteikyousyinsyou, diabetes = tounyoubyou, anti platelet agent = koukesyoubanzai. Nah ribet kaan?? -_-“ Hadowh... bahasa Inggris saja masih belepotan kudu belajar bahasa Jepun lagi?!! (otakku yang hanya pentium 2 ini sepertinya akan error binti lemot) T_T


Setelah sempat mencicipi musim semi sepertinya mimpiku kembali memasuki musim gugur.... Yeah meski belum sepenuhnya memutuskan, tetapi aku tetap berterima kasih untuk semuanya yang sempat membuat mimpiku yang sempat mati suri itu hidup kembali. Apapun nantinya aku saat ini adalah aku yang percaya bahwa tak ada yang tak mungkin, selalu ada jalan dari arah yang tak disangka-sangka jika Allah berkehendak. Tetap semangat kawan!^_^

No comments:

Post a Comment